Telah lama indonesia mengenyam rasa kebebasan dari cengkraman zaman kolonialisme 365 tahun adalah waktu yang tidak sedikit yang kemudian membekaskan sebuah pesakitan yang amat mendalam bagi sebagian besar rakyat indonesia. Sudah lama saudaraku,, hampir 67 tahun lamanya kita terbebas dari prahara tersebut, yang semestinya menjadi langkah awal “starter” dalam kita memulai hari yang baru,hari yang dengan langkah pasti pula membangun bangsa Indonesia dengan sebesar-besarnya. Membangun tatanan masyarakat yang adil dan makmur, itulah yang menjadi pemersatu kita jadi “bahan “ yang menjadikan para pendahulu kita menyatukan visi serta menyatukan derap langkah menuju indonesia merdeka seperti sekarang ini.Kita semua yang hidup dalam satu wilayah,satu nasib sudah tentunya menginginkan hal tersebut.
Namun….
Kenapa harus ada kata “namun”..?????
Kita selaku rakyat indonesia yang sadar, yang peduli terhadap nasib bangsa kita kini hari,tentulah dapat merasakan dapat pula melihat bagi sebagian besar dari kita yang mempunyai media televisi ataupun yang lain. Bahwa semua yang kita lihat,yang kita dengarkan dari semua yang sudah disebutkan tadi adalah tidak seperti apa yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa ini, cita cita segenap rakyat indonesia yang menjadi satu visi tadi!! Mengapa??
Karena yang kita lihat belakangan ini hanyalah seperti petandingan sepak bola yang amat membosankan dan sama sekali tidak “sportif”. Dimana adanya kubu yang bertanding untuk ambisi berkuasa di tahta, ada yang bertugas menjaga “gawang” kekuasaan, ada yang berlari untuk menyerang dan menghancurkan lawan, ada yang “berfikir” untuk bagaimana tetap memegang kekuasaan dan tetap mendapatkan uang. Oh iya,,, jangan lupa ada pula lembaga yang yang mengadili setiap pelanggaran yang terjadi. Namun dalam petandingan hanya berlari-lari mengikuti pemain. Jikalau ada pelanggaran yang tidak terlihat, toh mereka juga manusia yang sedang bakerja dan “doyan” uang. Ingatlah bahwa yang menentukan setiap pelanggaran adalah wasit.
Lihatlah belakangan ini yang ada hanya isu yang tak asing lagi. Masih tentang penanganan hukum yang bisa dikatakan “lembek”. Tak ada jaminan yang baik untuk rakyat yang notabene “kecil”. Banyak kasus yang tidak mampu dikuak oleh para panegak hukum yang sekarang, wilayah peradilan juga menjadi ladang kasus suap. Disamping itu aturan hukum yang ada belumlah cukup untuk membuat pemain hukum itu jera. Bayangkan seorang yang sampai korupsi “sekian” milyar hanya dihukum “beberapa” tahun saja. Padahal untuk sekelas guru saja butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk mendapatkan hasil “sekian” tadi dengan hanya mengandalkan penghasilan mengajarnya. Apalagi rakyat kecil?? Membayangkannya saja sudah tak mampu,, apalagi saya??
Melihat kinerja pemerintahan sekarang pun layaklah disebutkan gagal.mengapa?? mereka yang duduk di kursi nyaman pemerintahan hanya mementingkan nasib golongannya, hanya mementingkan nasib individunya, hanya mementingkan kepentingan jangka pendek,mumpung masih duduk di kursi nyaman. Sehingga tak mau lengser meskipun sudah jelas – jelas tidak becus.
Pembangunan yang tidak merata,kemiskinan yang tak ada habisnya,, Di sana masih banyak bagian dari rakyat Indonesia masih sulit untuk makan, bahkan untuk sekolah pun yang notabene merupakan tujuan bangsa ini dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa masih sulit, terbatas dalam pelayanan pendidikan, media pendidikan, sarana dan prasarana yang memadai. Bahkan masih ada yang harus berjalan berkilo-kilometer hanya untuk sekolah, meskipun tempatnya bersekolah masih jauh dari kata layak. Tentu kita juga dapat membayangkan jika yang dahulu menyatukan visi kecewa dan tak lagi menjadi visi yang satu.
Sedangkan sebagian besar dari masyarakat kita tidaklah sadar bahwa kita masih dijajah. Panjajahan dalam waktu kini telah berevolusi, berbeda dengan pejajahan saat zaman kolonialisme yang menyerap rezeki rakyat dan hasil alam. Penjajahan kini dikonsentrasikan pada pemikiran, budaya, sosial, ekonomi. Sudahkah kita sadar akan hal itu?? Imperialisme yang dari dahulu diperangi ternyata memang memberikan dampak yang amat membahayakan bagi kedaulatan negeri ini. Apakah dampaknya?? Lihatlah kenyataannya kini, kebudayaan masyarakat Indonesia tidaklah mencerminkan kebudayaan yang ke-timuran. Banyak yang befikir kini apakah produk terbaru dari imperialisme yang akan digunakan?? Bukannya bagaimana kita dapat membuatnya sendiri tanpa harus menyerap kebudayaan mereka??
Dari segi ekonomi kapitalisme telah menjajah secara terang-terangan. Banyak dari kita kini lebih memilih membeli dari pedagang besar. Sehingga pedagang kecil kini lebih sering membersihkan dagangannya dari debu ketimbang menukarnya dengan uang untuk hidupnya, untuk sekolah anak-anaknya.
Lalu apa yang bisa dilakukan kita yang secara lahir sudah ditakdirkan menjadi rakyat Indonesia?? Yang sudah di takdirkan dalam nasib yang sama,tinggal di tanah air Indonesia dengan semua yang ada di dalamnya. Sudahlah tentunya kita jangan hanya menonton saja,, bangsa ini tengah sakit saudaraku. Segeralah bangkit kita satukan “nawaitu” kita untuk membangun bangsa demi segenap tumpah darah indonesia. Jadilah mandiri, jangan tegantung dari pertolongan orang lain. Kerena dengan segenap kepercayaan dan usaha sudah tentu kita mampu!!
Janganlah lupakan bahwa para pendahulu kita telah mewariskan sebuah “pegangan” dalam melanjutkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan pula kita merusak sebuah pegangan yang sudah tentu baik. Menjadi insan yang sempurna memang sangatlah sulit, namun dalam berusaha itu sesungguhnya tidaklah sulit. Sesungguhnya kemakmuran itu nyata!!
Jangan tunggu kehancuran datang..!!
pinoe’s